Breaking News

Didukung RMC, Film Berjudul "Kukira Teduh" Tayang Perdana

Pemutaran perdana film 'Kukira Teduh" di hadiri oleh Wagub NTB Hj. Dinda Dhamayanti Putri di lantai 4 Mall Mataram pada Minggu (04/05/2025).
Mandalikaplus.com - Mataram, Pasca kesuksesannya menyelenggarakan Nusantara Fest 2025, Real Muda Creative (RMC), melalui Reza Ramadhan, Noer Adjie, dan Khaliqul Wafiq kembali berhasil menggelar acara nonton bareng (Nobar) film pendek berjudul 'Kukira Teduh', Karya Pelajar SMKN 2 Kuripan, Lombok Barat (Lobar).


Film ini tayang perdana di lantai 4 Mall Mataram, Minggu (04/05/2025). Tampak Ketua TP PKK NTB, Sinta Agathia Soedjoko, bersama rombongan, serta Wakil Gubernur NTB, Hj Indah Dhamayanti Putri dan rombongannya, Ketua RMC, kru dan para pemain, serta produser berikut sutradara film tersebut.


Film berdurasi 20 menit ini menceritakan tentang seorang siswi SMA berusia 17 tahun bernama Ayu, yang sejak kecil hidup di panti asuhan dan diasuh oleh Bik Maryam. Karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, 


Ayu kemudian mencari sosok pengganti dan menemukan seorang guru paru baya bernama Rahmat. Guru ini tampak perhatian dan lembut, membuat Ayu merasa nyaman dan menganggapnya seperti ayah sendiri. Ayu merasa percaya bahwa gurunya itu bisa menggantikan hangatnya kasih sayang seorang ayah.


Kepercayaan itu hancur saat Rahmat melakukan pelecehan terhadapnya yang membuat Ayu jatuh terpuruk dan kecewa, karena harapan yang telah ia bangun runtuh oleh orang yang dia percayai. Adegan demi adegan yang diperankan di Film ini pun sukses menyita emosi para ibu-ibu dari TP PKK NTB. Beberapa diantaranya bahkan merasa gereget.


"Ibu-ibu PKK yang disebelah saya ini tadi ribut saja. Sampai bilang, 'pukul aja'. Ini saking emosinya melihat adegan itu," ungkap Ketua TP PKK NTB, Sinta Agathia Soedjoko usai nonton bareng film tersebut.


Ia menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas dukungan RMC. Pesan edukasi yang terkandung dalam film karya SMKN 2 Kuripan ini menurutnya, sesuai fakta yang terjadi belakangan,  bahwa praktik kekerasan seksual terhadap wanita, utamanya Gen z masih ada.


Film ini juga lebih menguatkan kesadaran serta meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat khusus para perempuan muda NTB, terhadap potensi-potensi kejahatan seksual di lingkungan sekitar. 


"Kedepannya Kita bisa lebih care dan aware terhadap perubahan sikap dan perilaku lingkungan sekitar kita. Semoga karya para pelajar SMKN 2 Kuripan, serta semangat para pemuda RMC kian membangkitkan semangat Sineas NTB, dan Sineas se Indonesia," harapnya.


Sementara itu, Wakil Gubernur NTB, Hj Dinda Dhamayanti Putri menilai, Provinsi NTB merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan kasus kekerasan anak dan perempuan masih tinggi.

  

Hingga hari ini, kata dia, masih banyak kasus-kasus yang menyangkut anak dan perempuan belum terbongkar, disebabkan rasa takut, serta belum adanya ruang yang nyaman untuk bercerita. 


"Semoga kita semua bisa menjadi sahabat yang baik bagi lingkungan terdekat dan orang-orang sekitar kita, untuk kita ikut mendengar dan melihat proses perkembangan perempuan dan anak," harapnya.


Sedangkan Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti menilai, bahwa film ini menjadi bagian dari suara hati Gen Z terutama anak perempuan. Ini sekaligus sebagai peringatan agar orang tua dapat memberikan kasih sayang, serta waktu dan ruang yang nyaman. 


Supaya dapat menjadi tempat bagi anak-anak untuk mencurahkan hati serta segala permasalahan lingkungan yang dihadapi. Sebaliknya, Nuryanti memuji bahwa kesuksesan film tersebut menunjukan geliat kreatifitas, dan kemandirian Gen Z, terutama perempuan.


"Kami para orang tua, tiba-tiba disuguhkan karya hebat mereka, tanpa kebisingan dan drama apapun, mampu menghasilkan karya yg luar biasa. Jujur saya terharu, di tengah keluh kesah Gen Z belum menemukan jalannya, justru Gen Z yang notabene semua perempuan menyuguhkan karya yang luar biasa," pujinya.


Terpisah, Ayu Setiawati selaku koordinator dalam pembuatan film sekaligus aktor yang memerankan sosok Bik Maryam, menambahkan bahwa film ini terinspirasi dari sejumlah kasus-kasus bullying serta pelecehan seksual yang terjadi belakangan ini 


Terutama di dunia pendidikan. Dengan tersangka yang tidak lain adalah gurunya sendiri. Untuk waktu syutingnya dimulai dari awal bulan Ramadan 1446 Hijriah. Dalam proses pembuatannya melibatkan pelajar dan  sejumlah guru SMKN 2 Kuripan.


"Jadi yang kita angkat di film ini adalah sosok anak SMA yang mendapat pelecehan dari guru sendiri.  Bagi yang nggak nonton nggak tahu ceritanya, jadi lebih baik nonton bareng-bareng kita," ajak Ayu.(Ham).

0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close